Seminar Nasional Lansekap 2016
Seminar Nasional Lansekap 2016 diadakan
pada hari Sabtu, 5 Maret 2016 di Ruang Nusantara, Gedung Agrokomplek, Lt. IV,
Kampus Udayana Jl. P.B. Sudirman. Seminar yang mengambil tema
"Merencanakan Tata Ruang Kota Pariwisata Berbasis Budaya" ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa
Arsitektur Lansekap Fakultas Pertanian Unud (Himarsekap) sebagai program kerja
yang dilaksanakan setiap tahun. Seminar Nasional Lansekap 2016 dibuka langsung
oleh Pembantu Rektor 3 Unud yang
didampingi oleh Pembantu Dekan I Fakultas Pertanian Unud , Kapordi Arsitektur
Lansekap, dan Ketua Panitia.
|
Acara resmi
dibuka langsung oleh Pembantu Rektor 3 UNUD
|
Seminar
Nasional Lansekap tahun 2016 ini mengundang pembicara-pembicara handal
diantarnya; Bapak I Made Adikampana S.T., M.T. (Dosen Pariwsata) , Prof. Putu
Rumawan Salain (Guru Besar Arsitektur Unud), dan Popo Danes (Ketua Komite
BTDC). Seminar ini diikuti oleh sekitar 170 peserta yaitu para pelajar maupun
masyarakat umum. "Perencanaan tata ruang dan kota pariwisata dengan
landasan budaya menjadi penting agar sinergi setiap wilayah menjadi equal dan saling memberi manfaat.",
tutur Prof. Rumawan. "Ide Pengintegrasian antara Perencanaan pariwisata
dengan perencanaan kota meliputi lingkup eksternal kota, proses perencanaan
kota, dan lingkup internal kota." tutur bapak Adikampana.
|
Pembicara pada Seminar Nasional Arsitektur Lansekap |
Popo Danes merupakan arsitek yang sangat
memperhatikan lingkungan. Beliau selalu menonjolkan lansekap alami, memadukan softscape dan hardscape secara harmonis dan juga sentuhan Bali yang kental
ataupun modern. Beliau juga berprinsip tidak mau mengambil proyek di lahan
sawah karena
menurut beliau sawah adalah lanskap yang vital dan harus dipertahankan.Banyak ilmu dan pengalaman lagi yang disampaikan ketiga
pembicara kita yang begitu sangat inspiratif dan membuka wawasan peserta yang
menghadiri seminar ini.
Posted by : Bidang II (2015/2016)
International Symposium, Asian Cultural Landscape
Association (ACLA) 2015
ACLA (Asian Cultural Landscape Association) merupakan sebuah organisasi (non profit) yang diikuti oleh beberapa negara di Asia. ACLA adalah wadah untuk orang-orang yang melakukan studi mengenai lansekap budaya melalui sudut pandang Asia.
Tahun ini, ACLA diselenggarakan di Denpasar Bali pada tanggal 11-13 September 2015, bekerja sama dengan program studi Arsitektur Lansekap, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. President ACLA, Prof Sung-Kyun Kim, mempercayakan program studi Arsitektur Lansekap sebagai panitia penyelenggara, dengan ketua panitia, Ibu Naniek Kohdrata (dosen Arsitektur Lansekap). Ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi prodi Arsitektur Lansekap, Fakultas Pertanian Universitas Udayana yang masih terbilang prodi baru.
Pada tahun ini, ACLA diikuti oleh beberapa negara diantaranya ; Korea, Jepang, India, Indonesia, Thailand, dan Sri Lanka.
Hari pertama dan kedua merupakan International Symposium yang dilaksanakan di Hotel Puri Ayu, Denpasar. Hari ketiga adalah kegiatan Field Trip ke beberapa tempat lansekap budaya yang ada di Bali. (22/9)
|
The International Symposium |
|
The Field Trip to Pura Batukaru |
Posted by : Bidang II (2015/2016)
16 Juli 2014
PAMERAN PERDANA THE LUCKY ARL.13 FP UNUD
Pada tanggal 25 April 2014 merupakan pertama kalinya
mahasiswa Arsitektur Lansekap mengikuti pameran yang diadakan oleh BEM Fakultas
Pertanian Universitas Udayana dalam acara EXPO AGRICULTURE UDAYANA UNIVERSITY.
Dalam pameran ini, mahasiswa prodi baru ini ingin mulai menggubrak fakultas
pertanian dengan sebuah karya yang patut diacungi jempol.
Pada awalnya, kita hanya di kasih sebuah amanat dari ketua
BEM FP membuat maket untuk di pamerkan dalam acara EXPO tersebut. Amanat itu
disampaikan ketua BEM melalui ketua HMJ HIMARSEKAP dalam jangka waktu kurang
lebih H min 3 minggu acara. Proyek perdana ini di amanatkan ketua HMJ kepada 4
mahasiswa ARL untuk menjadi penanggung jawabnya. Namun pada saat H min 1 minggu
acara, ketua BEM telah menginfokan tentang tema maket yaitu bertemakan tentang
SUBAK. Antara kecewa dan binggung yang kami rasakan saat itu. Karena ke empat teman
kami telah selesai membuat desain yang nantinya akan direalisasikan pada maket
tersebut. Akhirnya, ke empat teman kami melakukan konsultasi kepada salah satu
dosen yang sudah ahli dalam bidang ARL yaitu ibu Naniek Kohdrata. Beliau
mengatakan bahwa “kalian akan sanggup menyelesaikan proyek itu dalam waktu 1
minggu”.
Dalam prases pembuatan maket ini tidak lah mudah bagi
mahasiswa pemula yang ke empatnya merupakan anak rantau yang hanya sedikit
faham tentang subak. Ditambah dengan karakter keempat mahasiswa tersebut yang
memiliki pemikiran, karakter, dan jiwa kesenian yang berbeda-beda. Sehingga
tidak heran jika dalam memulai proyek ini terjadi pertengkaran tentang
penentuan tema, desain, elemen, bahan dasar, serta penentuan warna. Namun
mereka sadar bahwa menyelesaika sebuah proyek bersama tim tidak bisa dengan
mengutamakan keegoan pribadi. Dan pada akhirnya mereka menemukan
sebuah tema tentang agrowisata pada lahan pertanian “subak” dengan mendesainnya
sedemikian rupa untuk dibangun sebuah villa, resto, taman, serta media
transportasi tanpa merusak lingkungan.
Waktu 1 minggu bukan lah waktu yang cukup untuk
menyelesaikan proyek ini. Ditambah pada minggu ini kami melaksanakan uts dan di
tambah praktikum-praktikum yang harus diikuti. Sehingga pembuatan maket ini
dirasa kurang maksimal karena kekurangan waktu dalam penyelesaiannya. Namun
demikian itu tidak mematahkan semangat kami untuk menyelesaikannya. Walaupu
hanya 4 mahasiswa sebagai penanggung jawabnya, mereka tidak ingin mengakui
karya tersebut sebagai karya mereka. Mereka ingin proyek itu dikerjakan oleh
semua mahasiswa ARL sehingga karya tersebut menjadi karya bersama. Oleh sebab
itu mereka memerlukan kerja sama dari semua mahasiswa ARL dalam penyelesaian
proyek ini.
“SUBAK” merupakan tema yang ditentuka ketua BEM FP UNUD.
Namun kita tidak puas hanya dengan mengerjakan karya sesuai dengan yang di
tentukan. Kita ingi lebih dari itu. Menyampaikan sebuah pesan tersurat dari
karya tersebut disertai dengan menghadirkan instalasi berceritakan tentang
proses pembuatan maket serta latar belakang dan maksud dari karya tersebut. Dan
pesan yang ingin kami sampaikan salah satunya adalah, kami tidak menolak
reklamasi. Karena kita ARL 13 pada tahun 2017 nantinya diharapkan
mampu membangun tanpa merusak karena itu merupakan semboyan Arsitek Lansekap.
Persis dalam waktu 1 minggu disertai begadang setiap malam.
maket, instalasi, serta logo HMJ HIMARSEKAP telah siap untuk dipamerkan.
Semangat terus buat mahasiswa ARL 13, semoga tetap solid dan
semakin keren karya-karanya!
ARL13: Satu Untuk Semua, Semua Untuk Satu.
The Lucky ARL13 UDAYANA.